*/

Senin, 28 September 2015

LANGKAH-LANGKAH MENUJU ILMU YANG BERMANFAAT




 
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ  

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim 
Mari senantiasa kita membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH baik secara lisan maupun di dalam hati, dimanapun dan kapanpun...
     
  DEPAN  
  SEJARAH  
  AJARAN  
  TEXT SHOLAWAT  
  ACARA MUJAHADAH  
  KONTAK  
 
 
BERITA
 
 
 
AHAM
 
 
 
UMUM
 
 

 
   
  LANGKAH-LANGKAH MENUJU ILMU YANG BERMANFAAT Bagi seorang penuntut ilmu, mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah sebuah dambaan. Maksud dari ilmu yang bermanfaat di sini adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya semakin dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana ungkapan:

"ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan dirimu dekat kepada Allah."

Ilmu yang bermanfaat akan menjadikan pemiliknya menuju kepada kejayaan dunia akhirat. Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat hanya akan menjadikan pemiliknya menjadi santapan neraka. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa kelak di neraka ada orang yang berkeliJing dengan usus terburai akibat siksa yang didapatkannya.

Padahal ia di dunia dikenal sebagai ulama. Ahli neraka dalam kesakitan mereka menyempatkan diri kepada orang tersebut. "Wahai Fulan, mengapa engkau mendapatkan siksa sepedih ini. Bukankah engkau dulu di dunia selalu mengajarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?" Maka orang itupun menjawab, "Benar, aku dulu selalu memerintahkan kebaikan. Tapi aku tidak pernah melakukan kebaikan itu. Aku mencegah kemunkaran, namun aku tetap melakukan kemungkaran itu." Syaikh Ibnu Ruslan berkata:

"Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya akan disiksa sebelum penyembah berhala disiksa."

Mengambil pelajaran dari kasus ini, maka menemukan cara dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat sangatlah penting, sehingga penuntut ilmu akan mendapatkan buah kebaikan dari ilmunya. Bukan mendapatkan kehancuran akibat ilmunya.

IKHLAS, LILLAH-BILLAH SEBAGAI LANDASAN BELAJAR

Keikhlasan menjadi dasar pertama dalam setiap amal perbuatan manusia. Tak terkecuali bagi seorang penuntut ilmu. Lebih khusus lagi bagi mereka yang menuntut ilmu agama Islam.' Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya. Dan seseorang itu hanya akan memperoleh dari apa yang diniatkannya." (Hadits Shahib).

Karena itu, seorang pencari ilmu hendaklah meniatkan pencarian ilmunya semata-mata menaati perintah Allah (lillah) dan menyadari bahwa segala aktivitas belajarnya karena pertolongan Allah semata-mata (billah). Bukan untuk yang lain dan bukan karena pertolongan selain Allah.

Niat mencari ilmu ini sangat penting agar aktivitas belajar membuahkan kebaikan dan terhindar dari keburukan dan kehancuran dunia akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapayang belajar ilmu yang seharusnya hanya digunakan untuk meraih ridha Allah (ilmu agama), dia tidak mencarinya kecuah hanya untuk mendapatkan harta dunia, maka ia tidak akan merasakan bau surga di hari kiamat. " (HR. Abu Dawud dengan sanadyang shahih).

Dalam sebuah hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapayang menuntut ilmu untuk menghina orang-orang bodoh, atau untuk saling menyombongkan diri terbadap para Ulama atau untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka hendaklah ia mencari tempat duduknya di neraka. " (HR. At Turmudzi).

Syaikh Az Zarnuji memberikan keterangan tentang hadits-hadits keikhlasan didalam belajar, "Kecuall jika ia mencari jabatan untuk memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), merealisasikan nilai-nilai kebenaran, dan memuliakan agama, bukan untuk dirinya sendiri -atau hawa nafsunya. Maka yang demikian itu boleh sesuai dengan kadar amar ma'ruf nahi munkar." Tentunya semuanya harus dengan niat lillah-billah.

Ketika seseorang belajar dengan niat menegakkan agama Allah dan dilandasi dengan niat lillah-billah, maka ia akan dipermudah urusan belajarnya oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana janji Allah:

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian dan akan mengokohkan telapak kaki kalian," (QS. Muhammad: 7).

MEMILIH BIDANG KEILMUAN SECARA TEPAT

Setelah seseorang berniat secara benar sesuai dengan ajaran agama, maka tahap berikutnya bagi seorang penuntut ilmu adalah memilih pengetahuan yang benar dan tepat. Ilmu yang benar dan tepat mengandung dua hal.

Pertama; adalah ilmu yang diperlukan setiap saat dalam hidupnya. Misalnya ilmu akidah. Ilmu ini membahas tentang keyakinan-keyakinan atau lebih spesifik tentang ma'rifat billah (mengenal Allah). Syaikh Ibnu Ruslan berkata:

"Kewajiban pertama bagi manusia adalah mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya."

Selanjutnya, seseorang hendaklah mempelajari kewajiban-kewajiban syariat, seperti puasa, shalat, dan jika ia telah mampu, hendaknya ia mempelajari hukum-hukum zakat dan haji. Demikianlah, maka hendaknya ia mempelajari ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban hidup sehari-hari.

Kedua; ilmu yang berkaitan dengan posisi dimana ia berada. jika seseorang menjadi seorang guru, maka hendaknya ia mempelajari bagaimana menjadi guru yang baik dalam sudut pandang Islam. Jika ia seorang politisi, maka hendaknya ia belajar bagaimana etika politik dalam Islam dan konsep-konsep politik Islam. Jika ia seorang pengusaha, hendaknya ia mempelajari etika usaha dalam Islam dan konsep usaha dalam Islam. Demikianlah, maka hendaknya seseorang memfokuskan kajian kepada bidang-bidang yang ditekuninya.

MEMILIH GURU YANG BAIK

Seorang penuntut ilmu memerlukan dampingan seorang guru sebagaimana seorang buta memerlukan penuntun dalam perjalanannya. Ada sebuah ungkapan yang terkenal dalam Islam:

"barangsiapayang tidak mempunyaiguru, maka gurunya adalah syetan. "

Seorang guru yang baik hendaknya memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut.

Pertama: ia harus memiliki silsilah keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah SAW. Dengan demikian, murid akan mendapatkan keberkahan yang sambung-menyambung sehingga ilmunya akan memiliki keberkahan. Silsilah ini juga untuk memastikan seorang murid bahwa kitab yang dikaji merupakan naskah asli yang tidak ada susupan-susupan tangan-tangan jahil yang menyesatkan. Sebab dari dulu hingga saat ini, terdapat tangan-tangan jahil yang berusaha menyesatkan penuntut ilmu dengan sisipan-sisipan yang menyesatkan.

Kedua; guru yang dipilih hendaknya memiliki akidah yang lurus dan amaliah yang sesuai dengan syariah, baik dibidang ibadah maupun akhlak. Sebab guru adalah panutan bagi penuntut ilmu. Jika seorang guru berperilaku tidak sesuai dengan syariah, maka demikian pula dengan muridnya.

Ketiga; guru yang dipilih hendaknya memiliki kompetensi dalam bidangnya. Jika ia belajar fiqih, maka hendaknya memiKh guru yang ahli fiqih. Jika belajar nahwu, maka hendaknya ia memilih guru yang ahli dibidang nahwu. Demikian seterusnya. Memilih guru yang tidak ahli akan menyebabkan seoarng murid membuang-buang waktu dengan percuma.

BERADAB YANG BAIK DAN MELAYANI KEPADA GURU

Adab merupakan perkara penting bagi penuntut ilmu. Syaikh Az Zarnuji berkata, "Sesungguhnya pencari ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan memperoleh manfaat dari ilmunya kecuali dengan memuliakan ilmu dan ahli ilmu, memuliakan guru dan menghormatinya. Tidak akan sampai kepada tujuan kecuali dengan adab dan tidaklah seseorang jatuh kecuali karena meninggalkan adab.

Dengan adab dan pengabdian yang tulus kepada guru ini, maka seorang murid akan mendapatkan keridhoan gurunya dan sekaligus mendapatkan doa dari gurunya. Dengan demikian, maka upayanya mencari ilmu akan diberi kemudahan dan ilmunya pun akan bermanfaat.

BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BELAJAR

Penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh dalam belajarnya. Sebagaimana harta tidak akan diperoleh dangan bermalas-malasan, demikian juga dengan ilmu, Sebagaimana seorang pedagang yang mengisi hari-harinya dengan memikirkan perdagangan atau seorang politisi yang memikirkan dan bersiasat tentang kekuasaan, Maka demikian pulalah hendaknya dengan penuntut ilmu. Penuntut ilmu agama hendaknya mencurahkan hari-harinya dengan belajar dan belajar. Ada kalanya dengan menghadiri pertemuan ilmiah, ada kalanya dengan menghafal, membuat catatan atau mencari tambahan pengetahuan di perpustakaan.

BERTAKWA KEPADA ALLAH DAN MENJAGA DIRI DARI MAKSIAT

Ilmu adalah milik Allah SWT. Maka Allahlah yang berkuasa kepada siapa ilmu diberikan. Dalam Al Qur'an Allah menjanjikan kepada mereka yang bertakwa:

"Dan bertakwalah kalian kepada Allah dan Allah akan mengajarkan kalian. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu." (QS. Al baqarah: 282).

Syaikh Az Zarnuji berkata, "Adapun sesuatu yang menyebabkan lupa adalah banyaknya dosa, banyak susah dan berfikir tentang dunia-serta kesibukan dengan hal-hal diluar belajar."

Dalam sebuah riwayat, suatu saat Imam Asy Syafi'i RA mengunjungi salah satu muridnya yang terkemuka, Imam Ahmad bin Hanbal RA. Imam Ahmad adaiah salah seorang murid beliau yang sangat menghormati Imam Sya£i"i. Hingga beliau selama puluhan tahun mendoakan Imam Syafi'i pada setiap sesudah shalat. Imam Ahmad juga banyak menceritakan kehebatan Imam Asy Syafi'i pada keluarga beliau.

Dalam kunjungan ini, puteri Imam Ahmad ingin membuktikan cerita ayahnya. Namun ternyata, saat siang hari Imam Syafi'i tidak berpuasa dan bahkan makan banyak. Dan ketika malam hari, beliau menghabiskan malamnya dengan tidur. Ketika mengetahui hal ini, puteri Imam Ahmad mempertanyakan gaya hidup Imam Syafi'i kepada Imam Ahmad.

Saat pagi tiba, Imam Ahmad menanyakan kepada gurunya, "Bagaimana keadaan Tuan di pagi ini?" Maka Imam Asy Syafi'i menjawab, "Alhamdulillah wahai Ahmad, aku kemarin tidak berpuasa karena ingin keberkahan makananmu yang halal. Hingga malam hari tadi, dalam tidurku aku berhasil menyelesaikan 100 masalah fikih." Imam Ahmad kemudian menceritakan hal ini kepada puteri beliau. Dalam akhir, ceritanya, Imam Ahmad berkata, "Sungguh, tidurnya Imam Syafi'i lebih berharga daripada tahajjudnya Ahmad bin Hanbal." Inilah yang menjadi rahasia kesuksesan para ulama Islam di masa silam. Mereka menjaga diri dari kemaksiatan, makanan haram dan mengisi hidupnya dengan ketakwaan kepada Allah. Sehingga banyak ulama yang dalam usia muda menghasilkan karya-karya abadi yang terus dan terus dikaji hingga saat ini.

Demikianlah, selanjutnya, jika seseorang sudah berilmu, beramal dengan ilmunya dan ikhlas didalam amalnya, maka sebentar lagi kejayaan akan datang. (Dzk)


Dikutip dari : majalah AHAM edisi 89 / Th.X / Jumadal Ula 1431

 
COPYRIGHT © 2009
PENGAMALWAHIDIYAH.ORG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar