|
|
|
|
LANGKAH-LANGKAH MENUJU ILMU YANG BERMANFAAT
Bagi seorang
penuntut ilmu, mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah
sebuah dambaan. Maksud dari ilmu yang bermanfaat di sini
adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya semakin dekat
dengan Allah SWT. Sebagaimana ungkapan:
"ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan dirimu
dekat kepada Allah."
Ilmu yang bermanfaat akan menjadikan pemiliknya menuju
kepada kejayaan dunia akhirat. Sedangkan ilmu yang tidak
bermanfaat hanya akan menjadikan pemiliknya menjadi
santapan neraka. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa
kelak di neraka ada orang yang berkeliJing dengan usus
terburai akibat siksa yang didapatkannya.
Padahal ia di dunia dikenal sebagai ulama. Ahli neraka
dalam kesakitan mereka menyempatkan diri kepada orang
tersebut. "Wahai Fulan, mengapa engkau mendapatkan siksa
sepedih ini. Bukankah engkau dulu di dunia selalu
mengajarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?" Maka
orang itupun menjawab, "Benar, aku dulu selalu
memerintahkan kebaikan. Tapi aku tidak pernah melakukan
kebaikan itu. Aku mencegah kemunkaran, namun aku tetap
melakukan kemungkaran itu." Syaikh Ibnu Ruslan berkata:
"Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya akan disiksa
sebelum penyembah berhala disiksa."
Mengambil pelajaran dari kasus ini, maka menemukan cara
dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan
akhirat sangatlah penting, sehingga penuntut ilmu akan
mendapatkan buah kebaikan dari ilmunya. Bukan
mendapatkan kehancuran akibat ilmunya.
IKHLAS, LILLAH-BILLAH SEBAGAI LANDASAN BELAJAR
Keikhlasan menjadi dasar pertama dalam setiap amal
perbuatan manusia. Tak terkecuali bagi seorang penuntut
ilmu. Lebih khusus lagi bagi mereka yang menuntut ilmu
agama Islam.' Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya. Dan
seseorang itu hanya akan memperoleh dari apa yang
diniatkannya." (Hadits Shahib).
Karena itu, seorang pencari ilmu hendaklah meniatkan
pencarian ilmunya semata-mata menaati perintah Allah
(lillah) dan menyadari bahwa segala aktivitas belajarnya
karena pertolongan Allah semata-mata (billah). Bukan
untuk yang lain dan bukan karena pertolongan selain
Allah.
Niat mencari ilmu ini sangat penting agar aktivitas
belajar membuahkan kebaikan dan terhindar dari keburukan
dan kehancuran dunia akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapayang belajar ilmu yang seharusnya hanya
digunakan untuk meraih ridha Allah (ilmu agama), dia
tidak mencarinya kecuah hanya untuk mendapatkan harta
dunia, maka ia tidak akan merasakan bau surga di hari
kiamat. " (HR. Abu Dawud dengan sanadyang shahih).
Dalam sebuah hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapayang menuntut ilmu untuk menghina
orang-orang bodoh, atau untuk saling menyombongkan diri
terbadap para Ulama atau untuk memalingkan wajah-wajah
manusia kepadanya, maka hendaklah ia mencari tempat
duduknya di neraka. " (HR. At Turmudzi).
Syaikh Az Zarnuji memberikan keterangan tentang
hadits-hadits keikhlasan didalam belajar, "Kecuall jika
ia mencari jabatan untuk memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar),
merealisasikan nilai-nilai kebenaran, dan memuliakan
agama, bukan untuk dirinya sendiri -atau hawa nafsunya.
Maka yang demikian itu boleh sesuai dengan kadar amar
ma'ruf nahi munkar." Tentunya semuanya harus dengan niat
lillah-billah.
Ketika seseorang belajar dengan niat menegakkan agama
Allah dan dilandasi dengan niat lillah-billah, maka ia
akan dipermudah urusan belajarnya oleh Allah SWT. Hal
ini sebagaimana janji Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong
(agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian dan akan
mengokohkan telapak kaki kalian," (QS. Muhammad: 7).
MEMILIH BIDANG KEILMUAN SECARA TEPAT
Setelah seseorang berniat secara benar sesuai dengan
ajaran agama, maka tahap berikutnya bagi seorang
penuntut ilmu adalah memilih pengetahuan yang benar dan
tepat. Ilmu yang benar dan tepat mengandung dua hal.
Pertama; adalah ilmu yang diperlukan setiap saat dalam
hidupnya. Misalnya ilmu akidah. Ilmu ini membahas
tentang keyakinan-keyakinan atau lebih spesifik tentang
ma'rifat billah (mengenal Allah). Syaikh Ibnu Ruslan
berkata:
"Kewajiban pertama bagi manusia adalah mengenal Allah
dengan seyakin-yakinnya."
Selanjutnya, seseorang hendaklah mempelajari
kewajiban-kewajiban syariat, seperti puasa, shalat, dan
jika ia telah mampu, hendaknya ia mempelajari
hukum-hukum zakat dan haji. Demikianlah, maka hendaknya
ia mempelajari ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan
kewajiban-kewajiban hidup sehari-hari.
Kedua; ilmu yang berkaitan dengan posisi dimana ia
berada. jika seseorang menjadi seorang guru, maka
hendaknya ia mempelajari bagaimana menjadi guru yang
baik dalam sudut pandang Islam. Jika ia seorang
politisi, maka hendaknya ia belajar bagaimana etika
politik dalam Islam dan konsep-konsep politik Islam.
Jika ia seorang pengusaha, hendaknya ia mempelajari
etika usaha dalam Islam dan konsep usaha dalam Islam.
Demikianlah, maka hendaknya seseorang memfokuskan kajian
kepada bidang-bidang yang ditekuninya.
MEMILIH GURU YANG BAIK
Seorang penuntut ilmu memerlukan dampingan seorang guru
sebagaimana seorang buta memerlukan penuntun dalam
perjalanannya. Ada sebuah ungkapan yang terkenal dalam
Islam:
"barangsiapayang tidak mempunyaiguru, maka gurunya
adalah syetan. "
Seorang guru yang baik hendaknya memiliki
kriteria-kriteria sebagai berikut.
Pertama: ia harus memiliki silsilah keilmuan yang
bersambung hingga Rasulullah SAW. Dengan demikian, murid
akan mendapatkan keberkahan yang sambung-menyambung
sehingga ilmunya akan memiliki keberkahan. Silsilah ini
juga untuk memastikan seorang murid bahwa kitab yang
dikaji merupakan naskah asli yang tidak ada
susupan-susupan tangan-tangan jahil yang menyesatkan.
Sebab dari dulu hingga saat ini, terdapat tangan-tangan
jahil yang berusaha menyesatkan penuntut ilmu dengan
sisipan-sisipan yang menyesatkan.
Kedua; guru yang dipilih hendaknya memiliki akidah yang
lurus dan amaliah yang sesuai dengan syariah, baik
dibidang ibadah maupun akhlak. Sebab guru adalah panutan
bagi penuntut ilmu. Jika seorang guru berperilaku tidak
sesuai dengan syariah, maka demikian pula dengan
muridnya.
Ketiga; guru yang dipilih hendaknya memiliki kompetensi
dalam bidangnya. Jika ia belajar fiqih, maka hendaknya
memiKh guru yang ahli fiqih. Jika belajar nahwu, maka
hendaknya ia memilih guru yang ahli dibidang nahwu.
Demikian seterusnya. Memilih guru yang tidak ahli akan
menyebabkan seoarng murid membuang-buang waktu dengan
percuma.
BERADAB YANG BAIK DAN MELAYANI KEPADA GURU
Adab merupakan perkara penting bagi penuntut ilmu.
Syaikh Az Zarnuji berkata, "Sesungguhnya pencari ilmu
tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan memperoleh
manfaat dari ilmunya kecuali dengan memuliakan ilmu dan
ahli ilmu, memuliakan guru dan menghormatinya. Tidak
akan sampai kepada tujuan kecuali dengan adab dan
tidaklah seseorang jatuh kecuali karena meninggalkan
adab.
Dengan adab dan pengabdian yang tulus kepada guru ini,
maka seorang murid akan mendapatkan keridhoan gurunya
dan sekaligus mendapatkan doa dari gurunya. Dengan
demikian, maka upayanya mencari ilmu akan diberi
kemudahan dan ilmunya pun akan bermanfaat.
BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM BELAJAR
Penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh dalam belajarnya.
Sebagaimana harta tidak akan diperoleh dangan
bermalas-malasan, demikian juga dengan ilmu, Sebagaimana
seorang pedagang yang mengisi hari-harinya dengan
memikirkan perdagangan atau seorang politisi yang
memikirkan dan bersiasat tentang kekuasaan, Maka
demikian pulalah hendaknya dengan penuntut ilmu.
Penuntut ilmu agama hendaknya mencurahkan hari-harinya
dengan belajar dan belajar. Ada kalanya dengan
menghadiri pertemuan ilmiah, ada kalanya dengan
menghafal, membuat catatan atau mencari tambahan
pengetahuan di perpustakaan.
BERTAKWA KEPADA ALLAH DAN MENJAGA DIRI DARI MAKSIAT
Ilmu adalah milik Allah SWT. Maka Allahlah yang berkuasa
kepada siapa ilmu diberikan. Dalam Al Qur'an Allah
menjanjikan kepada mereka yang bertakwa:
"Dan bertakwalah kalian kepada Allah dan Allah akan
mengajarkan kalian. Dan Allah Maha Mengetahui atas
segala sesuatu." (QS. Al baqarah: 282).
Syaikh Az Zarnuji berkata, "Adapun sesuatu yang
menyebabkan lupa adalah banyaknya dosa, banyak susah dan
berfikir tentang dunia-serta kesibukan dengan hal-hal
diluar belajar."
Dalam sebuah riwayat, suatu saat Imam Asy Syafi'i RA
mengunjungi salah satu muridnya yang terkemuka, Imam
Ahmad bin Hanbal RA. Imam Ahmad adaiah salah seorang
murid beliau yang sangat menghormati Imam Sya£i"i.
Hingga beliau selama puluhan tahun mendoakan Imam
Syafi'i pada setiap sesudah shalat. Imam Ahmad juga
banyak menceritakan kehebatan Imam Asy Syafi'i pada
keluarga beliau.
Dalam kunjungan ini, puteri Imam Ahmad ingin membuktikan
cerita ayahnya. Namun ternyata, saat siang hari Imam
Syafi'i tidak berpuasa dan bahkan makan banyak. Dan
ketika malam hari, beliau menghabiskan malamnya dengan
tidur. Ketika mengetahui hal ini, puteri Imam Ahmad
mempertanyakan gaya hidup Imam Syafi'i kepada Imam
Ahmad.
Saat pagi tiba, Imam Ahmad menanyakan kepada gurunya,
"Bagaimana keadaan Tuan di pagi ini?" Maka Imam Asy
Syafi'i menjawab, "Alhamdulillah wahai Ahmad, aku
kemarin tidak berpuasa karena ingin keberkahan makananmu
yang halal. Hingga malam hari tadi, dalam tidurku aku
berhasil menyelesaikan 100 masalah fikih." Imam Ahmad
kemudian menceritakan hal ini kepada puteri beliau.
Dalam akhir, ceritanya, Imam Ahmad berkata, "Sungguh,
tidurnya Imam Syafi'i lebih berharga daripada
tahajjudnya Ahmad bin Hanbal." Inilah yang menjadi
rahasia kesuksesan para ulama Islam di masa silam.
Mereka menjaga diri dari kemaksiatan, makanan haram dan
mengisi hidupnya dengan ketakwaan kepada Allah. Sehingga
banyak ulama yang dalam usia muda menghasilkan
karya-karya abadi yang terus dan terus dikaji hingga
saat ini.
Demikianlah, selanjutnya, jika seseorang sudah berilmu,
beramal dengan ilmunya dan ikhlas didalam amalnya, maka
sebentar lagi kejayaan akan datang. (Dzk)
Dikutip dari : majalah AHAM edisi 89 / Th.X / Jumadal
Ula 1431
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar